Semakin Dilarang, Semakin Dilakukan: Cara Bijak Menanamkan Nilai Kebaikan pada Anak Usia Dini

Pernahkah
kita menyaksikan anak-anak menjadi semakin tertarik dan melakukan apa yang
dilarang? Misalnya, ketika seorang anak berada di atas meja ketika dia diminta
untuk tidak memanjat kursi,tapi tetap dilakukan. Dalam dunia anak-anak,
fenomena ini bukanlah hal yang aneh. Ini adalah sinyal penting bagi kita para
orang dewasa bahwa kita harus mengubah cara kita menanamkan nilai dan perilaku
yang baik pada anak.
Anak-anak
usia dini mengalami masa keemasan dalam perkembangan otak dan kepribadian
mereka. Mereka secara aktif mengeksplorasi lingkungan mereka, meningkatkan
pengetahuan mereka tentang dunia. Ketika kita melarang terlalu banyak tanpa
memberikan penjelasan yang cukup, anak-anak terdorong untuk mencari lebih jauh.
Mereka bukan tidak patuh sebaliknya, mereka sedang belajar. Di sini kita harus
hadir sebagai pendidik yang bijak, penuh kasih, dan sabar, bukan sebagai
pengatur tanpa batas.
Larangan mutlak seringkali membuat anak penasaran. Kalimat seperti, "Jangan sentuh itu!" atau "Dilarang bermain di sana!" seringkali tidak disertai dengan penjelasan yang masuk akal bagi akal sehat anak-anak. Akibatnya, anak-anak merasa dikekang dan mulai menganggap larangan tersebut sebagai hambatan. Selain itu, ketika larangan diucapkan dengan nada yang keras, mengancam, atau tanpa perasaan. Anak-anak akan belajar melalui pengalaman disekitarnya, dan bukan dari rasa tidak nyaman dan ketakutan. Sebaliknya, larangan terus-menerus dapat membuat anak merasa tidak dihargai dan tidak dipercaya. Ini dapat menghambat pertumbuhan rasa kemandirian dan kepercayaan diri mereka.
Strategi Yang Dapat Dilakukan
Daripada fokus melarang, mari kita ubah pendekatan kita menjadi lebih positif dan membangun. Berikut beberapa strategi yang dapat digunakan untuk menanamkan nilai kebaikan pada anak usia dini:
- Beri penjelasan yang sederhana dan logis: Sebaiknya jangan mengatakan, "Jangan main listrik!" Sebaliknya, katakan, "Kalau kita sentuh kabel listrik, bisa kesetrum dan itu sakit." Anak itu tidak hanya mengetahui bahwa mainan tertentu dilarang, tetapi juga memahami mengapa hal itu dilarang.
- Ajak Anak Berbicara dan Berpikir: Anak-anak suka berbicara. Ajak mereka berbicara tentang hal-hal menyenangkan setelah terjadi sesuatu. Kenapa, menurutmu, Ibu meminta kamu berhenti melompat di sofa tadi?Ini memberi mereka kesempatan untuk mempertimbangkan, terlibat, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.
- Berikan Contoh Positif: Anak-anak adalah peniru ulung. Kita harus menunjukkan sikap sopan, jujur, atau peduli pada sesama kepada anak kita dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita sendiri sering membentak anak-anak, tidak mungkin Anda berharap mereka akan berhenti membentak.
- Alihkan dengan Pilihan Positif: Jika anak melakukan sesuatu yang tidak diinginkan, jangan melarang mereka secara frontal. Sebaliknya, berikan mereka opsi yang menarik untuk dipikirkan yang akan mereka lakukan. Jika anak ingin mencoret dinding, misalnya, katakan kepadanya, "Kamu mau menggambar?" Sangat menarik! Kertas besar ini mewakili kita. Setelah itu, Ibu tempel di dinding.
- Bangun Rutinitas dan Aturan Bersama: Anak-anak yang memiliki rutinitas yang konsisten merasa lebih aman dan terarah. Libatkan anak Anda dalam membuat aturan rumah dasar. Aturan seperti mencuci tangan sebelum makan atau membersihkan mainan setelah bermain adalah contohnya. Anak-anak yang merasa terlibat akan lebih mudah mematuhi aturan ini.
- Apresiasi Perilaku Baik: Jika anak menunjukkan sikap positif, berikan pujian yang tulus, seperti, "Wah, kamu hebat banget sudah mau gantian main sama adik" atau, "Ibu bangga kamu sudah bisa minta maaf tadi." Penguatan positif akan membuat anak merasa dihargai dan mendorong mereka untuk berperilaku baik lagi
Kualitas hubungan antara anak dan orang dewasa di sekitarnya adalah yang paling penting dalam membentuk karakter anak. Anak-anak belajar dari interaksi yang penuh kasih sayang dan perhatian. Ketika mereka merasa emosional aman, mereka lebih siap untuk mendengarkan, belajar, dan berkembang. Menanamkan nilai kebaikan bukanlah hal yang mudah. Ini adalah proses yang membutuhkan banyak kesabaran dan kesetiaan. Sebagai orang tua, guru, atau pendamping anak usia dini, kita harus terus belajar dan mengubah cara kita bertindak. Anak-anak di dunia mereka tidak diharuskan untuk memahami semua hal secara instan. Mereka membutuhkan bimbingan yang penuh cinta, waktu, dan ruang untuk mengeksplorasi. Mari kita mulai mengubah kata-kata kita menjadi ajakan yang positif dan membangun daripada terus-menerus mengatakan "jangan". Jadilah pelatih yang membimbing dengan hati daripada polisi yang terus mengawasi. Karena fakta bahwa pemahaman, kasih sayang, dan keteladanan adalah sumber kebaikan, bukan larangan. Ingatlah, anak-anak tidak sedang melawan. Mereka sedang belajar.
Penulis : Dwi
Indah Prastuti (PGPAUD)
Editor : Dwi
Indah Prastuti (PGPAUD)