Menggali Lebih Lanjut Tentang Toilet Training : Kenali Tanda Kesiapan Dan Atur Strategi Yang Tepat

Toilet training merupakan proses untuk melatih
anak agar dapat buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) secara mandiri
di toilet tanpa bergantung pada penggunaan popok. Berdasarkan Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI), toilet training menjadi bagian penting dalam
perkembangan kemandirian anak, yang melibatkan kesiapan fisik, emosional, dan
kognitif. Proses ini tidak hanya mendorong anak menjadi lebih mandiri, tetapi
juga meningkatkan rasa percaya diri dan menjaga kebersihan diri. Faktor usia
memiliki peran signifikan dalam keberhasilan toilet training. Jika dilakukan pada
usia yang tidak tepat, anak cenderung menolak untuk belajar menggunakan toilet.
Usia optimal untuk memulai toilet training adalah antara 24 hingga 36 bulan, di
mana kemampuan bahasa anak berkembang dengan baik sehingga mereka bisa
mengungkapkan kebutuhan untuk buang air. Namun, pada rentang usia ini, anak
juga cenderung memiliki sifat keras kepala karena tingkat ego yang tinggi.
Kebiasaan orang tua yang terus-menerus
menggunakan popok sekali pakai pada anak dapat menghambat perkembangan
kemandirian dalam mengontrol BAK dan BAB. Proses belajar buang air memerlukan
kematangan otot-otot di area pembuangan, sehingga anak harus mampu mengenali
dorongan untuk menahan atau melepaskan. Anak yang selalu memakai popok tidak
merasakan secara langsung sensasi basah, yang seharusnya menjadi stimulus alami
untuk buang air di tempat yang benar. Hal ini bisa menghambat kesadaran tubuh
anak terhadap sinyal alami saat ingin buang air, sehingga memperlambat proses
kontrol kandung kemih dan usus, berbeda dengan anak yang sering menggunakan
celana kain atau tidak memakai popok di waktu tertentu.
Tanda Kesiapan Anak untuk Toilet Training
Setiap anak memiliki waktu kesiapan yang berbeda dalam memulai toilet training.
Namun, beberapa tanda umum kesiapan meliputi:
- Kemampuan menahan BAK atau BAB selama minimal 2 jam, popok tetap kering saat bangun tidur, serta bisa melepas dan memakai pakaian sendiri.
- Menunjukkan minat saat melihat orang tua menggunakan toilet, merasa tidak nyaman dengan popok basah atau kotor, dan mampu mengungkapkan keinginan untuk buang air.
- Dapat mengikuti instruksi sederhana dan memahami konsep penggunaan toilet.
Langkah-Langkah Toilet Training
1.
Pengenalan Toilet: Perkenalkan anak
pada toilet dan fungsinya, gunakan alat bantu seperti pispot atau dudukan
toilet anak yang nyaman. Tunjukkan contoh dari orang tua atau saudara.
2.
Membuat Rutinitas: Biasakan anak ke
toilet di waktu tertentu, seperti setelah bangun tidur, setelah makan, atau
sebelum tidur untuk membentuk pola buang air yang teratur.
3.
Mengajarkan Penggunaan Toilet: Ajari
cara duduk di toilet, membersihkan diri setelah BAK/BAB, menyiram toilet, dan
mencuci tangan. Berikan pujian sebagai motivasi.
4.
Memilih Pakaian Praktis: Gunakan
pakaian yang mudah dilepas, seperti celana berkaret elastis, untuk memudahkan
anak saat ingin ke toilet.
5.
Kesabaran dan Konsistensi: Toilet
training membutuhkan waktu, hindari memaksa anak jika belum siap, dan gunakan
pendekatan positif tanpa hukuman.
Alat Bantu Toilet Training
1.
Potty Chair (Pispot Anak): Dirancang
khusus untuk anak, dengan ukuran yang sesuai dan desain menarik. Contohnya
Labeille Potty Duck dan KEOLA Baby Potty Dinosaur.
2.
Toilet Seat Anak: Dudukan toilet kecil
yang stabil dengan pegangan, seperti BBLUV Toilet Seat dan Yomi Baby Potty
Seat.
3.
Tangga Toilet (Step Stool): Membantu
anak naik ke toilet dengan aman, dilengkapi pegangan dan permukaan anti-slip,
seperti KURU Potty Training Ladder Step.
4.
Training Pants (Celana Latihan): Celana
dalam khusus yang memberi sensasi basah saat anak mengompol, membantu anak
memahami pentingnya buang air di toilet, seperti Luchuna Training Pants.
Maka dari itu orang tua perlu memiliki kesadaran yang tinggi untuk mendukung kemandirian dan kesehatan anak melalui toilet training yang tepat. Kesadaran ini mencakup pemahaman bahwa toilet training bukan sekadar mengajarkan anak menggunakan toilet, tetapi juga membentuk kemandirian, disiplin diri, serta kemampuan mengelola kebutuhan tubuh secara mandiri, sekaligus mencegah berbagai masalah kesehatan. Dengan memperhatikan kesiapan anak dan menerapkan strategi yang sesuai, proses toilet training akan menjadi lebih mudah dan efektif.