HMJ PG PAUD Menggelar Webinar Diagonal (Dialog Agama Nasional) Bertemakan Makna Ketuhanan Dalam Pluralisme Beragama

Surabaya - Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini telah menyelenggarakan kegiatan webinar diagonal (dialog agama nasional) dengan tema “Makna ketuhanan dalam pluralism beragama” yang merupakan program kerja dari departemen keagamaan HMJ PG-PAUD. Webinar ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 25 Juni 2022 melalui zoom meeting dan YouTube. Webinar ini diikuti oleh 260 peserta yang merupakan mahasiswa aktif dari berbagai Universitas yang ada di Indonesia dengan menghadirkan 5 narasumber sebagai pengisi acara ini. Pertama Dr. H. Moch. Khoirul Anwar, S.Ag., MEI. Sebagai perwakilan tokoh agama Islam, kedua Drs. Rovy Agus Sapto sebagai perwakilan tokoh agama Protestan, ketiga Kadek Yudi Murdana, M.A.(B.DH). sebagai perwakilan tokoh agama Buddha, keempat Dr. I Nengah Mariasa, M.Hum sebagai perwakilan tokoh agama Hindu, dan kelima Dr. Hariawan Adji, Drs., S.T., M.Kes. sebagai perwakilan tokoh agama Katholik.
Pemateri pertama, Dr. H. Moch. Khoirul Anwar, S.Ag., MEI. Sebagai perwakilan tokoh agama Islam menyampaikan bahwa Iman kepada Allah tidak hanya secara formal namun dilaksanakan dengan bagaimana menghadirkan Allah dalam kehidupan kita. Tuhan merupakan satu, melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan yang dijalankan dan tidak dapat dicampuradukkan, perbedaan merupakan sunatullah dan kata yang dapat menyatukan antar umat beragama yaitu Ketuhanan. “Untukmu agamamuu dan untukku agamaku”(QS. Al-Kafirun Ayat 6). Sehingga dalam menjalankan kepercayaan dapat saling bertoleransi.
Pemateri kedua, Drs. Rovy Agus Sapto sebagai perwakilan tokoh agama protestan memberikan penjelasan Tuhan tidak hanya dipercayai saja namun juga diimani dengan wujud pelaksanaan. Dalam (Matius 22:37-38) Jawab Yesus kepadanya : “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama”. Ketika seseorang berkomitmen kepada Tuhan maka dia berani menghadapi resiko dan tantangan iman. Bangsa Indonesia merupakan bangsa beragama dari sabang sampai merauke semuanya mengakui adanya Tuhan.
Pemateri ketiga, Kadek Yudi Murdana, M.A.(B.DH). sebagai perwakilan tokoh agama Buddha, dalam sesi ini menyampaikan dalam kaitannya dengan ketuhanan perlu dipahami adanya pluralism ke dalam dan ke luar sehingga terjadi sinkronisasi antara keduanya. Kitab Udana VIII Ayat 3 “…Tidak ada sesuatu Yang Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak (Tidak Terkondisi)….”. Sekuat-kuatnya berlatih dalam sehari-hari, ketika menemui sesuatu yang tidak baik maka batin masih bisa “bocor” (berperilaku buruk). Jalan mencapai ketuhanan dengan mewaspadai adanya “lakon” utama dan pendukung yang bersemayam dalam diri kita. Melalui pengetahuan atau kebijaksanaan menjadi booster dalam berperilaku baik.
Pemateri keempat, Dr. I Nengah Mariasa, M.Hum. sebagai perwakilan tokoh agama hindu menyampaikan terkait penghayatan makna “Tattwa, Susila, Acara” digunakan sebagai dasar untuk melakukan kegiatan dalam masyarakat pluralisme bergagama di Indonesia. “Tan Hana Dharma Mangrwa”, dalam konsep ketuhanan, kebenaran itu satu, Ketuhanan yang maha Esa. Manusia mencapai berketuhanan dengan belajar menyucikan diri, membersihkan diri, belajar menungkup pada sesuatu yang satu (Tuhan). Mencari kebenaran yang berhakikat tidak mudah, jika kebenaran banyak maka masih dalam konteks kemanusiaan karena manusia berbeda-beda. Konsep “Hidup berketuhanan” dapat dilihat seperti orang menabuh gamelan yang beragam jenis alatnya namun bersatu untuk mencapai sesuatu.
Pemateri kelima, Dr. Hariawan Adji, Drs., S.T., M.Kes. sebagai perwakilan tokoh agama katholik menyampaikan adanya keragaman penduduk di Indonesia, Sejarah pengakuan pemerintah atas agama resmi. Gereja katholik Indonesia memiliki motto yaitu “100 persen katholik dan 100 persen Indonesia” yang bermakna bahwa orang katholik tidak meninggalkan ke-indonesia-an dan penghayatannya berakar pada budaya dan kondisi di Indonesia. Sejak dahulu, Indonesia telah mempraktikkan ketuhanan dengan caranya masing-masing. Sebutan “Tuhan” dalam pancasila memiliki tujuan karena Pancasila milik bersama.
Penyampaian kelima materi berjalan dengan lancar. Dengan adanya webinar ini diharapkan seluruh elemen masyarakat khusunya mahasiswa sebagai generasi muda dapat memahami makna Ketuhanan dalam pluralisme beragama. Sehingga dapat mencegah adanya radikalisme berkebangsaan yang dapat memecah persatuan Indonesia.