DOSEN TAMU : MENGENAL BAHASA ANAK USIA DINI

Surabaya, 18 April 2025 Program Studi
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PGPAUD) Universitas Negeri Surabaya
(UNESA) kembali menggelar kegiatan akademik inspiratif bertajuk “Visiting Lecturer” dengan
menghadirkan narasumber ahli di bidang bahasa anak usia dini, Salma Aulia Khosibah, M.Pd. dari
Universitas Negeri Semarang (UNNES). Acara ini berlangsung secara daring
melalui Zoom Meeting pada pukul 10.00 WIB dan diikuti antusias oleh berbagai
kalangan. Kegiatan ini dihadiri oleh dosen-dosen PGPAUD UNESA, mahasiswa
reguler, mahasiswa Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL), hingga beberapa
mahasiswa umum dari luar institusi. Kegiatan ini menjadi ruang diskusi yang
sangat bermanfaat untuk menggali pemahaman mendalam mengenai perkembangan
bahasa anak usia dini, baik secara teoritis maupun praktis.
Dalam sesi diskusi kali ini mengusung tema “Learning the Language and Learning through Language in Early Childhood,” narasumber membuka sesi dengan menyampaikan pentingnya peran bahasa dalam perkembangan anak sejak usia dini. Bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga fondasi utama dalam proses belajar anak. Dalam pemaparannya, narasumber menekankan bahwa bahasa memiliki peran ganda: sebagai media untuk belajar (learning through language) dan sebagai objek pembelajaran itu sendiri (learning the language).
Salah satu bagian menarik dari materi adalah penjelasan mengenai teori linguistik klasik yang masih sangat relevan hingga kini, yakni Language Acquisition Device (LAD) yang dikemukakan oleh Noam Chomsky, seorang tokoh linguistik asal Amerika. Teori ini menyatakan bahwa setiap anak yang lahir secara biologis telah memiliki perangkat bawaan untuk memperoleh bahasa. Artinya, manusia sejak lahir sudah memiliki kemampuan dasar untuk memahami dan menghasilkan bahasa, tanpa harus diajarkan secara eksplisit. Dengan adanya LAD, anak secara alamiah dapat mengembangkan kemampuan berbahasa hanya dengan mendengarkan dan berinteraksi di lingkungan sekitarnya.
Narasumber juga
menjelaskan secara mendalam mengenai tahapan perkembangan bahasa anak,
dimulai dari masa prenatal (dalam kandungan). Ia menjelaskan bahwa janin sudah
mampu mendengar suara dari luar sejak usia kehamilan memasuki trimester ketiga.
Narasumber menekankan bahwa setiap anak memiliki ritme perkembangan bahasa yang
berbeda, dan peran lingkungan sangat menentukan kecepatan serta kualitas
perkembangan tersebut. Dalam era digital seperti saat ini,
perkembangan bahasa anak tidak bisa dilepaskan dari keberadaan teknologi.
Narasumber menyampaikan bahwa anak-anak
Generasi Alpha, yaitu mereka yang lahir setelah tahun 2010, memiliki
kecenderungan kemampuan bahasa yang
lebih baik dibanding generasi sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya paparan digital, seperti video edukatif, lagu anak, cerita
interaktif, hingga permainan edukatif berbasis aplikasi.
Namun, narasumber juga mengantisipasi
kepada semua kalangan bahwa meskipun paparan digital membawa dampak positif terhadap
peningkatan kosakata dan pemahaman bahasa, pendampingan orang tua tetap menjadi kunci utama. Tanpa
pendampingan, anak bisa saja mengalami keterlambatan bicara akibat terlalu
sering menggunakan media digital secara pasif atau tanpa interaksi dua arah.Beliau
juga menyoroti pentingnya interaksi
langsung antara anak dan orang tua, karena komunikasi dua arah secara
langsung tetap menjadi sarana paling efektif dalam membangun keterampilan
bahasa yang kompleks, seperti kemampuan menyusun kalimat, memahami makna,
hingga mengekspresikan emosi.
Kegiatan Visiting Lecturer ini menjadi momen berharga bagi seluruh peserta untuk memperdalam pemahaman tentang peran bahasa dalam kehidupan anak usia dini. Dengan menghadirkan narasumber yang kompeten, diskusi yang terjadi tidak hanya bersifat akademis, tetapi juga aplikatif dan reflektif. Semoga kegiatan semacam ini dapat terus dilaksanakan secara rutin sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas pendidikan anak usia dini di Indonesia karena “bahasa adalah pintu awal untuk membuka semua jendela pengetahuan.”